PRINSIP-PRINSIP
PENCEGAHAN CEDERA DALAM OLAHRAGA
Setiap atlet atau siapapun yang
melakukan aktifitas olahraga pasti mendekatkan diri dengan resiko cidera.
Memang sering terjadi cidera tersebut tidak terlalu membahayakan. Namun
demikian ada beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian yang menjadi prinsip
dari pencegahan cidera pada olahraga. Bila prinsip ini dilaksanakan maka tubuh
akan siap melakukan aktifitas olahraga dengan aman. Prinsip pencegahan cidera
tersebut adalah:
1.Kondisi fisik
Kondisi fisik
merupakan prinsip kunci dalam pencegahan cidera pada olahraga.
Kondisi fisik yang baik akan mencegah terjadinya cidera pada waktu melakukan
aktifitas olahraga. Juga akan mengurangi keparahan apabila mendapatkan cidera.
Kemampuan maksimal dari penampilan seorang olahragawan akan diperoleh dengan
kecukupan dalam kekuatan otot dan keseimbangan, power, daya tahan, kordinasi
neuromuskuler, fleksibilitas sendi, daya tahan kardiovaskuler, dan komposisi
tubuh yang sesuai untuk olahraga.
Hal ini serupa dengan yang di kemukakan M Sajoto (1995:7) Kondisi fisik
adalah suatu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi
seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat
ditunda atau ditawar-tawar lagi. Lebih lanjut dikemukakan oleh M. Sajoto
(1988:16), kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponenkomponen yang
tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.
Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen
tersebut harus dikembangkan walupun disana sini dilakukan dengan sistem
prioritas tiap komponen itu dan untuk keperluan apa atau status yang
dibutuhkan.
2.Latihan-Latihan
Progresif
Latihan progresip merupakan latihan-latihan yang
menguntungkan pada saat dadakan. Perlu ditekankan prinsip-prinsip
pemberian beban lebih yang bertahap dan prinsip spesifisitas dari latihan. Pemilihan metode yang tepat adalah meliputi efisiensi
gerakan yang sesuai, efketifitas program latihan, termasuk FITT (frekwensi,
Intensitas, Time, Tipe) yang adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan
dengan dasar gerakan yang baik.
Latihan yang baik adalah dengan adanya beban latihan, yang diperlukan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama.
Prinsip latihan adalah landasan konseptual yang merupakan suatu acuan. Prinsip latihan merupakan landasan konseptual sebagai acuan untuk merancang, melaksanakan dan mengendalikan suatu proses berlatih – melatih. beberapa prinsip latihan yang diterapkan selama proses berlatih melatih secara simultan adalah sebagai berikut :
1) Prinsip Individual
Individual yang dimaksud adalah setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama antara yang satu dan yang lainnya. Artinya bahwa setiap olahragawan memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda – beda. Selain potensi dan kemampuannya berbeda, faktor kematangan, lingkungan, latar belakang kehidupan, makan dan istirahat juga ikut berpengaruh terhadap kemampuan dan cara olahragawan dalam mensikapi kegiatan latihan. Oleh karena itu, dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan setiap individu. Dengan demikian untuk setiap olahragawan beban latihannya harus tepat sesuai dengan kemampuan dan tidak dapat disamaratakan dengan yang lainnya
2) Prinsip Adaptasi
Organ tubuh manusia cenderung selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Keadaan ini menguntungkan dalam proses berlatih – melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan diubah melalui latihan. Latihan menyebabkan timbulnya proses adaptasi bagi organ tubuh. Berkaitan dengan prinsip progresivitas, bila beban latihan selalu ditingkatkan secara progresif, maka organ tubuh akan menyesuaikan terhadap perubahan tersebut. Tingkat kecepatan olahragawan dalam mengadaptasi setiap beban latihan berbeda -beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini antara lain tergantung dari usia olahragawan, usia (lama) latihan, kualitas kebugaran otot, kualitas kebugaran sistem energi dan kualitas (mutu) latihannya.
3) Prinsip Beban Lebih ( Overload )
Beban latihan harus mencapai atau sedikit melampaui ambang rangsang, namun tidak boleh selalu melebihi ambang rangsang saat latihan. Hal itu akan mengakibatkan sakit dan latihan yang berlebihan (overtraining). Beban latihan harus diberikan secara progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan kemampuan olahragawan. Untuk meningkatkan kualitas fisik, cara yang harus ditempuh ialah berlatih dengan melawan atau mengatasi beban latihan. Bila tubuh sudah beradaptasi dengan beban latihan yang sudah ditentukan selama waktu tertentu, maka beban latihan berikutnya harus ditingkatkan. Oleh karena itu dalam setiap latihan harus selalu dipantau dengan cara mencatat dan melakukan tes pada waktu tertentu sebagai dasar untuk menentukan beban latihan pada latihan berikutnya. Selain itu para pelatih harus memiliki catatan mengenai biodata para olahragawan, sebagai salah satu dasar dalam menentukan beban latihan. Adapun cara meningkatkan beban latihan, antara lain melalui : (a) diperberat, (b) dipercepat, dan (c) diperlama proses pemberian bebannya.
4) Prinsip Beban Bersifat Progresif
Prinsip ini terkait erat dengan prinsip beban lebih (overload), karena dengan pemberian beban yang bersifat progresif akan berarti juga memberikan beban yang lebih (overload). Selain itu, latihan bersifat progresif, artinya latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan. Ajeg berarti latihan harus dilakukan secara kontinyu, tidak kadang – kadang. Maju berarti latihan semakin hari harus semakin meningkat. Sedangkan berkelanjutan berarti dalam setiap latihan merupakan lanjutan dari proses latihan – latihan sebelumnya. Untuk itu, dalam menerapkan prinsip beban lebih harus dilakukan secara bertahap, cermat, terus – menerus, dan tepat. Artinya setiap tujuan latihan memiliki jangka waktu tertentu untuk dapat diadaptasi oleh olahragawan. Setelah jangka waktu adaptasi dicapai maka beban latihan harus mulai ditingkatkan.
5) Prinsip Spesifikasi (Kekhususan)
Setiap bentuk rangsang akan direspons secara khusus oleh setiap olahragawan. Untuk itu, materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraganya. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam prinsip spesifikasi, antara lain mencakup : (a) spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk atau model latihan, dan (c) spesifikasi pola gerak dan kelompok otot yang terlibat. Contoh, bentuk latihan kelincahan pada petenis akan berbeda dengan pebolabasket.
6) Prinsip Latihan Bervariasi
Proses latihan yang lama dan monoton akan menimbulkan kejenuhan, keengganan dan keresahan pada olahragawan, sehingga akan mengakibatkan kelelahan baik yang bersifat fisik maupun psikis. Untuk itu, dalam menyusun program latihan perlakuannya harus bervariasi, agar olahragawan terhindar dari rasa bosan (boring). Dalam memvariasikan beban latihan dapat dilakukan dengan cara mengubah bentuk atau model, tempat, sarana dan prasarana latihan serta teman berlatihnya. Namun dengan catatan, meskipun latihan di buat bervariasi, tetapi latihan harus tetap mengacu kepada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
7) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan (Warming up dan cooling down)
Dalam satu pertemuan latihan selalu diawali dengan pemanasan dan diakhiri pula dengan pendinginan (penenangan). Oleh karena itu dalam satu sesi (tatap muka) laithan selalu mengandung unsur – unsur yang terdiri dari (a) pemanasan, (b) latihan inti, (c) latihan suplemen, dan (d) penutup. Untuk mengantar memasuki latihan ini harus melakukan pemanasan sesuai kebutuhan gerak cabang olahraganya. Setelah latihan ini diperlukan latihan suplemen yang dapat berupa bermain atau bentuk latihan fisik dengan intensitas yang disesuaikan dengan tujuannya. Untuk itu pada akhir latihan diperlukan gerak – gerak yang ringan untuk mengantarkan proses secara fisiologis agar tubuh kembali normal secara bertahap dan tidak mendadak.
8) Prinsip Periodisasi (Latihan Jangka Panjang)
Proses pelaksanaan latihan harus selalu mengacu pada periodisasinya, karena periodisasi merupakan pentahapan dan penjabaran dari tujuan lathan secara keseluruhan. Adapun tujuan akhir dari suatu proses latihan adalah mencapai prestasi optimal. Untuk dapat meraih prestasi terbaik, memerlukan proses latihan dan jangka waktu yang panjang. Oleh karena berbagai kemampuan dan keterampilan harus dikuasai, sehingga diperlukan waktu yang lama agar olahragawan dapat mengadaptasi dan mengaplikasikannya ke dalam bentuk gerak yang otomatis. Dalam mencapai penampilan terbaiknya, olahragawan memerlukan waktu dan latihan antara 8 sampai 12 tahun yang dilakukan secara teratur, intensif dan progresif. Untuk itu latihan yang memerlukan waktu cukup lama tersebut, pentahapan tujuannya dijabarkan ke dalam periode – periode tertentu (periodisasi).
9) Prinsip Berkebalikan (Reversibilitas)
Arti dari berkebalikan (reversibiltas) yaitu bila olahragawan berhenti dari latihan, maka kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan secara otomatis. Adaptasi yang terjadi sebagai akibat dari hasil latihan akan menurun atau bahkan hilang, bila tidak dipraktekan atau dipelihara melalui latihan kontinyu. Untuk itu prinsip progresif harus selalu dilaksanakan agar kemampuan dan keterampilan olahragawan tetap terjaga baik.
10) Prinsip Beban Moderat (Tidak Berlebihan)
Keberhasilan latihan jangka panjang, yang dijabarkan pentahapannya ke dalam periodisasi latihan, akan tergantung pada pembebanan yang moderat atau tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak latih, sehingga beban latihan yang diberikan tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan. Sebab, bila beban latihan terlalu ringan tidak akan berdampak terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan. Sebaliknya, bila beban terlalu berat akan mengakibatkan cidera dan bahkan sakit atau disebut overtraining.
11) Prinsip Latihan Sistematik
Prestasi olahragawan sifatnya adalah labil dan sementara, sehingga prinsip latihan harus sistematik berkaitan terutama dengan takaran (dosis) dan skala prioritas dari sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis yang berbeda – beda, sehingga akan membantu proses adaptasi ke dalam organ tubuh. Dosis latihan yang selalu berat setiap tatap muka akan menyebabkan overtraining, sebaliknya dosis yang selalu ringan tidak memiliki dampak pada organ tubuh. Oleh karena itu latihan harus dilakukan secara sistematik, sehingga perlu skala prioritas latihan disesuaikan dengan tujuannya. Adapun skala prioritas latihan merupakan urutan sasaran latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi. Senagai contoh urutan latihan secara garis besar selalu dimulai dari latihan fisik, teknik, strategi dan taktik, aspek psikologis dan kematangan bertanding.
Latihan yang baik adalah dengan adanya beban latihan, yang diperlukan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama.
Prinsip latihan adalah landasan konseptual yang merupakan suatu acuan. Prinsip latihan merupakan landasan konseptual sebagai acuan untuk merancang, melaksanakan dan mengendalikan suatu proses berlatih – melatih. beberapa prinsip latihan yang diterapkan selama proses berlatih melatih secara simultan adalah sebagai berikut :
1) Prinsip Individual
Individual yang dimaksud adalah setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama antara yang satu dan yang lainnya. Artinya bahwa setiap olahragawan memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda – beda. Selain potensi dan kemampuannya berbeda, faktor kematangan, lingkungan, latar belakang kehidupan, makan dan istirahat juga ikut berpengaruh terhadap kemampuan dan cara olahragawan dalam mensikapi kegiatan latihan. Oleh karena itu, dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan setiap individu. Dengan demikian untuk setiap olahragawan beban latihannya harus tepat sesuai dengan kemampuan dan tidak dapat disamaratakan dengan yang lainnya
2) Prinsip Adaptasi
Organ tubuh manusia cenderung selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Keadaan ini menguntungkan dalam proses berlatih – melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan diubah melalui latihan. Latihan menyebabkan timbulnya proses adaptasi bagi organ tubuh. Berkaitan dengan prinsip progresivitas, bila beban latihan selalu ditingkatkan secara progresif, maka organ tubuh akan menyesuaikan terhadap perubahan tersebut. Tingkat kecepatan olahragawan dalam mengadaptasi setiap beban latihan berbeda -beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini antara lain tergantung dari usia olahragawan, usia (lama) latihan, kualitas kebugaran otot, kualitas kebugaran sistem energi dan kualitas (mutu) latihannya.
3) Prinsip Beban Lebih ( Overload )
Beban latihan harus mencapai atau sedikit melampaui ambang rangsang, namun tidak boleh selalu melebihi ambang rangsang saat latihan. Hal itu akan mengakibatkan sakit dan latihan yang berlebihan (overtraining). Beban latihan harus diberikan secara progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan kemampuan olahragawan. Untuk meningkatkan kualitas fisik, cara yang harus ditempuh ialah berlatih dengan melawan atau mengatasi beban latihan. Bila tubuh sudah beradaptasi dengan beban latihan yang sudah ditentukan selama waktu tertentu, maka beban latihan berikutnya harus ditingkatkan. Oleh karena itu dalam setiap latihan harus selalu dipantau dengan cara mencatat dan melakukan tes pada waktu tertentu sebagai dasar untuk menentukan beban latihan pada latihan berikutnya. Selain itu para pelatih harus memiliki catatan mengenai biodata para olahragawan, sebagai salah satu dasar dalam menentukan beban latihan. Adapun cara meningkatkan beban latihan, antara lain melalui : (a) diperberat, (b) dipercepat, dan (c) diperlama proses pemberian bebannya.
4) Prinsip Beban Bersifat Progresif
Prinsip ini terkait erat dengan prinsip beban lebih (overload), karena dengan pemberian beban yang bersifat progresif akan berarti juga memberikan beban yang lebih (overload). Selain itu, latihan bersifat progresif, artinya latihan harus dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan. Ajeg berarti latihan harus dilakukan secara kontinyu, tidak kadang – kadang. Maju berarti latihan semakin hari harus semakin meningkat. Sedangkan berkelanjutan berarti dalam setiap latihan merupakan lanjutan dari proses latihan – latihan sebelumnya. Untuk itu, dalam menerapkan prinsip beban lebih harus dilakukan secara bertahap, cermat, terus – menerus, dan tepat. Artinya setiap tujuan latihan memiliki jangka waktu tertentu untuk dapat diadaptasi oleh olahragawan. Setelah jangka waktu adaptasi dicapai maka beban latihan harus mulai ditingkatkan.
5) Prinsip Spesifikasi (Kekhususan)
Setiap bentuk rangsang akan direspons secara khusus oleh setiap olahragawan. Untuk itu, materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraganya. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam prinsip spesifikasi, antara lain mencakup : (a) spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk atau model latihan, dan (c) spesifikasi pola gerak dan kelompok otot yang terlibat. Contoh, bentuk latihan kelincahan pada petenis akan berbeda dengan pebolabasket.
6) Prinsip Latihan Bervariasi
Proses latihan yang lama dan monoton akan menimbulkan kejenuhan, keengganan dan keresahan pada olahragawan, sehingga akan mengakibatkan kelelahan baik yang bersifat fisik maupun psikis. Untuk itu, dalam menyusun program latihan perlakuannya harus bervariasi, agar olahragawan terhindar dari rasa bosan (boring). Dalam memvariasikan beban latihan dapat dilakukan dengan cara mengubah bentuk atau model, tempat, sarana dan prasarana latihan serta teman berlatihnya. Namun dengan catatan, meskipun latihan di buat bervariasi, tetapi latihan harus tetap mengacu kepada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
7) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan (Warming up dan cooling down)
Dalam satu pertemuan latihan selalu diawali dengan pemanasan dan diakhiri pula dengan pendinginan (penenangan). Oleh karena itu dalam satu sesi (tatap muka) laithan selalu mengandung unsur – unsur yang terdiri dari (a) pemanasan, (b) latihan inti, (c) latihan suplemen, dan (d) penutup. Untuk mengantar memasuki latihan ini harus melakukan pemanasan sesuai kebutuhan gerak cabang olahraganya. Setelah latihan ini diperlukan latihan suplemen yang dapat berupa bermain atau bentuk latihan fisik dengan intensitas yang disesuaikan dengan tujuannya. Untuk itu pada akhir latihan diperlukan gerak – gerak yang ringan untuk mengantarkan proses secara fisiologis agar tubuh kembali normal secara bertahap dan tidak mendadak.
8) Prinsip Periodisasi (Latihan Jangka Panjang)
Proses pelaksanaan latihan harus selalu mengacu pada periodisasinya, karena periodisasi merupakan pentahapan dan penjabaran dari tujuan lathan secara keseluruhan. Adapun tujuan akhir dari suatu proses latihan adalah mencapai prestasi optimal. Untuk dapat meraih prestasi terbaik, memerlukan proses latihan dan jangka waktu yang panjang. Oleh karena berbagai kemampuan dan keterampilan harus dikuasai, sehingga diperlukan waktu yang lama agar olahragawan dapat mengadaptasi dan mengaplikasikannya ke dalam bentuk gerak yang otomatis. Dalam mencapai penampilan terbaiknya, olahragawan memerlukan waktu dan latihan antara 8 sampai 12 tahun yang dilakukan secara teratur, intensif dan progresif. Untuk itu latihan yang memerlukan waktu cukup lama tersebut, pentahapan tujuannya dijabarkan ke dalam periode – periode tertentu (periodisasi).
9) Prinsip Berkebalikan (Reversibilitas)
Arti dari berkebalikan (reversibiltas) yaitu bila olahragawan berhenti dari latihan, maka kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan secara otomatis. Adaptasi yang terjadi sebagai akibat dari hasil latihan akan menurun atau bahkan hilang, bila tidak dipraktekan atau dipelihara melalui latihan kontinyu. Untuk itu prinsip progresif harus selalu dilaksanakan agar kemampuan dan keterampilan olahragawan tetap terjaga baik.
10) Prinsip Beban Moderat (Tidak Berlebihan)
Keberhasilan latihan jangka panjang, yang dijabarkan pentahapannya ke dalam periodisasi latihan, akan tergantung pada pembebanan yang moderat atau tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak latih, sehingga beban latihan yang diberikan tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu ringan. Sebab, bila beban latihan terlalu ringan tidak akan berdampak terhadap peningkatan kemampuan dan keterampilan. Sebaliknya, bila beban terlalu berat akan mengakibatkan cidera dan bahkan sakit atau disebut overtraining.
11) Prinsip Latihan Sistematik
Prestasi olahragawan sifatnya adalah labil dan sementara, sehingga prinsip latihan harus sistematik berkaitan terutama dengan takaran (dosis) dan skala prioritas dari sasaran latihan. Setiap sasaran latihan memiliki aturan dosis yang berbeda – beda, sehingga akan membantu proses adaptasi ke dalam organ tubuh. Dosis latihan yang selalu berat setiap tatap muka akan menyebabkan overtraining, sebaliknya dosis yang selalu ringan tidak memiliki dampak pada organ tubuh. Oleh karena itu latihan harus dilakukan secara sistematik, sehingga perlu skala prioritas latihan disesuaikan dengan tujuannya. Adapun skala prioritas latihan merupakan urutan sasaran latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi. Senagai contoh urutan latihan secara garis besar selalu dimulai dari latihan fisik, teknik, strategi dan taktik, aspek psikologis dan kematangan bertanding.
3.Rest dan recovery
Tidur yang
cukup merupakan prinsip penting untuk mental yang baik dan kesehatan fisik serta
menjadi bagian kritis dari recovery setelah bekerja berat. Kronik overexertion
dan kelelahan dapat membuat atlet lebih mudah mengalami cedera.
4.Kebugaran
Jasmani
Kebugaran jasmani merupakan
kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan
penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fiisk yang diberikan kepadanya(dari
kerja yang dilakukan sehari-hari)tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti maksudnya ialah setelah seseorang melakukan
suatu kegiatan/aktivitas, masih mempunyai cukup semangat dan energy untuk
menikmati waktu senggangnya dan untuk kebutuhan-keperluan lainnya yang tajam.
Hal ini serupa dengn yang di
kemukakan oleh Judith Rink dalam Mochamad Sajoto (1988: 43) bahwa kebugaran
jasmani merupakan kemampuan seseorang
menyelesaikan tugas sehari-hari dengantanpa mengalami kelelahan berarti,
dengan pengeluaran energi yang cukup besar,guna memenuhi kebutuhan geraknya dan
menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu
diperlukan.Dan serupa dengan yang di kemukakan oleh Djoko Pekik (2004: 2)
bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang
melakukan kerjasehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang
berlebihan sehingga masih menikmati waktu luangnya.Sedangkan menurut Engkos
Kosasih (1985: 10), kebugaran jasmani adalahsuatu keadaan seseorang yang
mempunyai kekuatan (strength), kemampuan (ability),kesanggupan, dan daya tahan
untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa kelelahan.
5. Sarana
Pelindung
Sarana pelindung merupakan alat-alat yang digunakan saat
berolahraga seperti proteksi badan,jenis olahraga yang
bersifat body contack, serta jenis olahraga yang
khusus lainnya.Sarana pelindung yang standart punya peranan penting dalam
mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh
yang sederhan seperti sepatu. Sepatu adalah salah satu bagian
peralatan/pelindung kaki dalam berolahraga yang
mendapat banyak perhatian para ahli.
6.Fasilitas
Sarana olahraga merupakan
sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk dan
jenis peralatan serta perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan olahraga.
Prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung
yang terdiri dari tempat olahraga
dalam bentuk bangunan di atasnya dan batas fisik yang statusnya jelas dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk pelaksanaan program kegiatan olahraga.
Fasilitas bila kurang atau tidak memadai,
design yang jelek dan kurang baik akanmudah terjadinya cedera.
Hal ini serupa dengan yang di kemukakan oleh Wirjasanto (1984:154). Sarana prasarana
olahraga adalah suatu bentuk permanen, baik itu ruangan diluar maupun di
dalam.
Contoh : cymnasium, lapangan permainan, kolam renang, dsb.
Contoh : cymnasium, lapangan permainan, kolam renang, dsb.
7.Warming
Up/Pemanasan
Pemanasan sebelum
melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan
ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan
tahan terhadap cedera. Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada
metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas,ultrasonik atau lampu infra
merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara
berarti.Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi
memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja
lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan,
hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah
raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.
Hal ini serupa dengan
yang di kemukakan oleh Ozolin (1971), pemanasan itu perlu dilakukan karena
sistim organisme pada waktu istirahat memiliki inersia tertentu dan seseorang
hendaknya tidak membiarkan efisiensi fungsi seseorang ditingkatkan secara tibatiba.
Oleh sebab itu, ada waktu tertentu yang diperlukan untuk mencapai keadaan
efisinsi fisiologis yang tinggi. Ini merupakan tujuan pemanasan dalam mencapai
atau mendekati keadaan dalam suasana aktivitas fisik atau pertandingan.
Dan seperti yang
dikutip dari Lifemojo, Jumat (30/9/2011) yaitu:Sebelum memulai olahrga
maka otot dalam tubuh dalam keadaan kaku, sehingga perlu dilakukan pemanasan
untuk melonggarkannya agar siap melakukan kegiatan bertenaga dan menghindari
terjadinya cedera.
8.Cooling
Down/Pendinginan
Pendinginan yaitu mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan
dihentikan. Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran
darah.Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul
di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya
asamlaktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot
pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat
otot.Manfaat pendinginan sesudah olahraga ialah mencegah otot nyeri, kaku, dan
kram. Juga mengurangi denyut jantung yang sebelumnya bekerja keras dan membantu
tubuh menjadi lebih segar dari sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar